Network
MEDIA BLITAR – Berdasarkan survei yang dilakoni oleh Insider dan Morning Consult (2019) menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari generasi milenial merasa berada pada kondisi finansial yang lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi mereka 10 tahun yang lalu.
Selain itu, hasil riset yang dilakukan George Washington Global Financial Literacy Excellence Center terhadap 5.500 millenials, bahkan menunjukkan bahwa hanya 24 persen yang mengerti prinsip dasar keuangan.
Baca Juga: Apa itu Istilah Sandwich Generation, Apakah Kamu Termasuk Didalamnya?
“Literasi keuangan memang tidak diajarkan di sekolah dan kampus jadi bukan bagian dari pendidikan keseharian kita. Sehingga ketika memasuki fase mulai membayar segala sesuatunya sendiri, kita tidak punya strategi yang tepat,” ujar Alexa Von Tobel, pengarang buku Financially Fearless, dikutip dari siaran pers yang dirilis DBS Indonesia.
Data tersebut didukung oleh Survei Nasional Literasi dan inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2016 yang mengungkapkan bahwa tingkat literasi keuangan dari anak muda usia 25-35 tahun adalah sebesar 33,5 persen.
Baca Juga: Putuskan Mata Rantai Sandwich Generation, Anak Bukan Celengan Hidup
Sedangkan untuk usia 18-25 tahun adalah sebesar 32,1 persen. Dengan begitu, anak muda di Indonesia masih tergolong rentan secara finansial.
Sandwich Generation
Di lain sisi, generasi muda sering dikaitkan dengan istilah sandwich generation atau suatu keadaan finansial di mana seseorang harus turut memenuhi kebutuhan dari generasi sebelumnya dan generasi setelahnya.
