Sampah di Wisata Pantai Serang Blitar Cemari Lingkungan, Warga Keluhkan Tidak Adanya Penanganan dari Pejabat

- 5 Juni 2024, 20:22 WIB
Sampah di Wisata Pantai Serang Blitar Cemari Lingkungan, Warga Keluhkan Tidak Adanya Penanganan dari Pejabat
Sampah di Wisata Pantai Serang Blitar Cemari Lingkungan, Warga Keluhkan Tidak Adanya Penanganan dari Pejabat /Instagram/@ditafaisal/

MEDIA BLITAR - Di tengah peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, masyarakat Desa Serang, Blitar, kembali menyoroti masalah serius yang telah berlangsung hampir tiga tahun, yaitu pembuangan sampah ke sungai oleh pengelola wisata setempat.

Sejumlah warga desa, telah berulang kali mengajukan keluhan ini kepada Kepala Desa Serang Blitar, Dwi Handoko, namun belum ada tindakan nyata yang dilakukan.

Baca Juga: Kerusakan Parah Akibat Banjir Rob: Pantai Serang Blitar dan Penangkaran Penyu Rusak Berat

"Saya menyaksikan pengelola wisata membuang sampah di sisi sungai selama hampir tiga tahun. Ketika air laut pasang, sampah-sampah itu akhirnya jatuh ke sungai, mencemari pantai. Hal ini terus berulang meskipun berbagai upaya pembersihan dilakukan oleh pemilik warung dan gotong royong warga," ujar Dita Faisal yang merupakan warga Desa Serang sekaligus aktivis lingkungan.

Sampah yang mengalir kembali ke pantai setelah dibersihkan menjadi pemandangan yang menyedihkan dan mencerminkan kurangnya pengelolaan sampah yang efektif.

Mobil bak bercat merah yang sering terlihat mengangkut sampah di malam hari hanya menambah keprihatinan warga, sementara tanggung jawab pengelolaan sampah tampak dilemparkan di antara pihak-pihak terkait.

Baca Juga: Gaya Klasik, Hati Amal: Aksi Global Distinguished Gentleman's Ride Blitar 2024

Pengelolaan tiket masuk wisatawan yang menghasilkan pendapatan bagi berbagai pihak, yaitu 50% untuk Bumdes, 25% untuk Perhutani, dan 25% untuk Dinas Pariwisata, tampaknya belum dialokasikan secara efektif untuk mengatasi masalah sampah ini. Ketika ditanya, setiap pihak cenderung melempar tanggung jawab kepada yang lain, menambah kebingungan dan frustrasi warga.

Warga Desa Serang, termasuk Dita Faisal, telah mencoba melapor melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk pesan WhatsApp dan komentar di media sosial, namun hingga kini belum ada tindakan nyata. Bahkan, beberapa warga mengaku merasa malu karena keluhan mereka diabaikan berulang kali.

Halaman:

Editor: Arini Kumalasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah