Penjarahan kepada para wanita dan pertumpahan darah pun tak jarang terjadi hanya untuk memenuhi hasrat kekuasaan.
Kaum pribumi ditindas dan disiksa hingga memastikan tak ada lagi yang melawan Nippon dalam menguasai Blitar.
Baca Juga: Fotonya Beredar di Buku Pelajaran Siswa Indonesia, Miyabi Kaget: Bisa jadi Bumerang!
Akan tetapi, peristiwa itu ternyata sampai ke telinga Soeprijadi. Dalam skenario, sosok muda yang penuh nyali itu melihat dengan nyata bagaimana bengisnya Tentara Jepang.
Tak ingin dikuasai emosi, ia lantas menahan amarahnya. Pemuda berpredikat Shodanco itu berdiskusi dan mencari titik terang untuk memukul balik Jepang.
Usahanya pun tak sia-sia. Gigih dan kerja kerasnya bersama kawan-kawannya berhasil mengusir Jepang dari Blitar.
Baca Juga: Raffi Ahmad Jujur Miliki Utang Hingga Miliaran Hingga Mulai dari Nol Setelah Diciduk BNN
Kini di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) drama kolosal tersebut harus rela ditiadakan sementara waktu hingga pandemi mereda.
Kendati demikian, peringatan Pemberontakan PETA tetap akan digelar dengan sangat sederhana.
Walikota Blitar, Drs. Santoso mengatakan, hal ini sebagai upaya menguatkan jiwa nasionalisme pada masyarakat. Terlebih untuk generasi muda Kota Blitar.