Foto selfie Ghozali Everyday yang diambil setiap harinya secara konsisten selama lima tahun belakangan ini menjadikan karyanya bernilai meski terlihat remeh, yakni karena konsistensi.
Di lain sisi, aspek ‘tokoh ternama’ juga dapat berpengaruh dalam penjualan aset NFT. Selain itu, banyak pembeli yang berspekulasi bahwa harga aset NFT tersebut akan terus naik sehingga ke depannya ia bisa mendapatkan keuntungan.
Tentunya, trend bisnis yang sedang booming ini rentan membuat bisnis NFT sebatas menjadi gelembung ekonomi, yaitu perdagangan aset dalam volume besar dengan nilai yang lebih tinggi dibanding nilai fundamentalnya.
Gelembung ekonomi bisa tiba-tiba pecah ketika barang yang diperdagangkan sudah tidak diminati lagi oleh pembeli. Parahnya lagi, harga aset NFT tersebut akan anjlok secara drastis sehingga pembeli terakhir mendapatkan kerugian.
Blockchain Ethereum sendiri masih memiliki masalah kemacetan. Tak seperti blockchain lainnya, Ethereum masih menangani sejumlah transaksi per detik (TPS) yang terbatas dibandingkan dengan permintaan hariannya yang sangat besar.
Karena blockchain ini adalah yang paling umum digunakan untuk mencetak NFT, kemacetan tak dapat dihindari hingga mengakibatkan tingginya “biaya akomodasi” dari biaya NFT.
Meski begitu, NFT memang akan tetap ada sampai kapanpun di masa mendatang, karena aset digital ini dibutuhkan di jalur seni dan game.***