"Karena, uji klinis terbaru ini merupakan kelompok usia dengan tingkat mortalitas, atau kematian, akibat COVID-19 yang sangat tinggi," kata Logunov, Selasa, 21 Oktober 2020.
Selain penambahan data kelompok usia tersebut, ia menjelaskan bahwa pada uji klinis tahap III yang melibatkan 40.000 relawan dalam kelompok 18 hingga 60 tahun, sejauh ini tidak ditemukan efek ketidakcocokan yang serius.
Baca Juga: Jangan Bingung! Ada Dua Pemberitahuan BPUM BRI Rp2,4 Juta atau BLT UMKM, Simak Cara Mudahnya
Logunov tidak memungkiri jika sejumlah efek ketidakcocokan muncul dengan tingkat yang ringan hingga sedang.
"Efek ketidakcocokan itu bisa saja terjadi dalam beberapa hari setelah vaksinasi selesai dilakukan," ucapnya.
"Efek ketidakcocokan yang mungkin bisa terjadi untuk kami temukan adalah hipotermia (penurunan suhu tubuh, red), nyeri pada titik penyuntikan, mungkin juga sedikit pegal-pegal, dan kelelahan di antara para relawan," imbuhnya.
Baca Juga: Update Jatim Covid-19: Kabupaten Sumenep Terjadi Lonjakan Penambahan Kasus Positif
Menjawab pertanyaan mengenai kelemahan yang dimiliki oleh Sputnik V, Logunov mengatakan tidak ada masalah berarti sejauh ini.
Akan tetapi, karena pengujian dilakukan terhadap populasi manusia yang heterogen, kata dia terdapat kemungkinan bahwa vaksin apapun, bukan hanya vaksin miliknya juga menimbulkan hasil yang beragam.
Institut Gamaleya menjanjikan publikasi data uji klinis tahap III dari 5.000 hingga 10.000 relawan pada pertengahan November mendatang.