MEDIA BLITAR - Sebentar lagi, Yogyakarta akan menjadi bagian dari jaringan jalan tol seperti provinsi-provinsi lain di Indonesia. Proyek ambisius ini, yang dinobatkan sebagai jalan tol terpanjang se-Yogyakarta, diharapkan akan selesai pada tahun 2024.
Namun, dibalik megahnya proyek ini, terdapat cerita menarik tentang penolakan awal dari Sultan Hamengkubuwono X dan perdebatan mengenai manfaatnya bagi masyarakat setempat.
1. Tol Yogyakarta - Bawen: Awalnya Ditolak Sultan
Jauh sebelum tiang pertama tol ini ditanam, Sultan Hamengkubuwono X menolak pembangunannya dengan alasan yang sangat spesifik.
Menurut laporan dari jogjaprov.go.id, Sultan menganggap bahwa pembangunan tol tidak akan memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat sekitar.
Ia berpendapat bahwa keberadaan tol justru dapat mengurangi pendapatan masyarakat yang berjualan di pinggir jalan konvensional.
Meskipun Sultan menolak, proyek ini tetap dilanjutkan dan mendapatkan persetujuan dari pihak terkait.
2. Pembebasan Lahan: Langkah Pertama Menuju Proyek Megah
Langkah pertama yang diambil pemerintah pusat adalah melakukan pembebasan lahan. Sekitar 99 hektar lahan, sebagian besar merupakan wilayah persawah, dibebaskan untuk proyek ini.