“Salah satunya untuk menguatkan karakter. Kemudian ceritanya untuk menakut-nakuti, karena ketika ditakuti, ‘Oh itu tempat terkutuk, kutukan, dan berbagai macam’, era itu membuat orang takut, dalam artian, takutnya itu bukan karena terintimisadi, tetapi menghormati tempat itu sakral,” ucap Om Hao.
Menilik keberadaan Candi Perambanan, situs ini memang harus dilestarikan dan dirawat agar tetap terjaga oleh masyarakat secara bersama-sama.
***