Karena khawatir dengan keadaan putrinya, Agah segera pulang dan mengetuk kamar Damla. Tidak ada jawaban dari Damla, Agah meminta Nurten membuka pintu kamar dengan kunci cadangan.
Sementara itu, Civan yang sedang berbincang dengan Cemre di paviliun rumah Karacay, mendapatkan panggilan telepon dari Damla.
Awalnya dia mengabaikan telepon itu, tetapi akhirnya mengangkatnya. Betapa kagetnya Civan ketika mengetahui bahwa Damla melarikan diri dari rumah.
“Dari 1000 orang di Istanbul, aku menelponmu mengapa?” tanya Damla.
“Aku ada ditempat kita minum teh, segera kesini jemput aku,” lanjut Damla.
Karena mengangkat telpon di depan kakaknya, Civan tidak berani mengatakan bahwa yang menelponnya adalah Damal.
Civan lalu segera pergi menemui Damla yang sudah tidak sabar menunggunya di tepi selat Bosporus.
Civan heran dengan keputusan yang diambil oleh Damla dan pergi dari rumah. Bahkan Civan mengajak Damla untuk pulang.