Mengenal Empty Sella Syndrome Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu Kritis Takut Mati: Gejala dan Penyebab

- 27 Juli 2022, 21:31 WIB
 Mengenal Empty Sella Syndrome Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu Kritis Takut Mati: Gejala dan Penyebab
 Mengenal Empty Sella Syndrome Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu Kritis Takut Mati: Gejala dan Penyebab /Pexels/Mart Production

MEDIA BLITAR – Artis kenamaan Indonesia, Ruben Onsu belakangan ini ramai dibicarakan akibat penyakit yang dideritanya, yakni Empty Sella Syndrome. Ia bahkan mengaku tak bisa hidup lagi karena penyakit yang dideritanya.

Lantas, penyakit apa Empty Sella Syndrome? Mari mengenal Empty Sella Syndrome penyakit langka yang diidap Ruben Onsu Kritis mulai dari gejala dan penyebab hingga cara penyembuhannya.

Empty Sella Syndrome adalah penyakit langka yang menyerang otak bagian sella turcica. Sella turcica adalah ruang di dasar otak tempat kelenjar pituitari berada. Kelenjar pituitari adalah kelenjar yang berfungsi menghasilkan hormon-hormon penting untuk kesehatan tubuh.

Baca Juga: Profil dan Biodata Marchel Radhival Lengkap, Si Pesulap Merah yang Viral

Sementara itu, menyadur dari Cleveland Clinic, empty sella syndrome adalah kondisi langka, di mana kelenjar pituitari menyusut karena terdapat masalah dengan isi dalam sella turcica. Sella turcica adalah struktur tulang di dasar otak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari.

Sementara kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak, di bawah hipotalamus. Ini merupakan bagian dari sistem endokrin yang bertanggung jawab untuk memproduksi banyak hormon penting. Hormon-hormon ini mempengaruhi dan mengendalikan kelenjar lain dalam sistem endokrin.

Ketika kelenjar pituitari menjadi rata atau menyusut, kelenjar pituitari mungkin tidak akan terlihat saat Anda melakukan CT scan atau MRI. Hal ini membuat area kelenjar pituitari atau sella turcica terlihat kosong, sehingga disebut dengan empty sella.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Malam 1 Suro Sakral Penuh Klenik Menurut Tradisi Jawa, Menelusuri Rekam Jejak Bulan Suro

Namun sebenarnya, sella turcica tidak kosong, karena sella turcica sering diisi dengan cairan serebrospinal atau CSF. CSF adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

Dalam kondisi empty sella, CSF telah bocor masuk ke dalam sella turcica, yang kemudian memberi tekanan pada kelenjar pituitari. Hal ini menyebabkan kelenjar pituitari menyusut atau menjadi rata.

Seseorang bisa mengalami empty sella tanpa gejala apa pun, dan kelenjar pituitari tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Apa itu Slebew? Begini Arti Slebew, Bahasa Gaul yang Dipopulerkan oleh Jeje

Ketika seseorang mengalami empty sella dan kelenjar pituitarinya tidak berfungsi dengan baik, maka kondisi ini disebut empty sella syndrome.

Seseorang dengan empty sella syndrome dapat mengalami ketidakseimbangan hormon, penglihatan buram, dan sering sakit kepala.

 Macam empty sella syndrome Berdasarkan penyebabnya, ESS terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder:

ESS primer: kelenjar pituitari yang mengecil tanpa diketahui penyebabnya.

Kasus ini paling banyak ditemukan pada wanita dengan obesitas dan tekanan darah tinggi. ESS primer ditandai dengan akumulasi cairan otak di sella turcica.

ESS sekunder: kelenjar pituitari mengecil akibat mutasi genetik, kecelakaan, terapi radiasi, atau operasi.

Baca Juga: LINK DOWNLOAD Film Malam Satu Suro Resmi Bukan di Rebahin, LK21, dan Telegram Kisah Sundel Bolong Jatuh Cinta

Gejala empty sella syndrome

Gejala paling umum yang terkait dengan empty sella syndrome adalah sakit kepala kronis. Selain itu, banyak orang dengan empty sella syndrome juga memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi, yang mana sakit kepala juga menjadi gejala umum saat tekanan darah meningkat.

Empty sella syndrome biasanya menyebabkan ketidakseimbangan hormon karena kerusakan yang terjadi pada kelenjar pituitari. Untuk itu, seseorang yang memiliki empty sella syndrome, kemungkinan akan mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala ini:

Berikut adalah beberapa gejala ESS yang sering ditemukan:

Impoten pada pria

Baca Juga: Contoh Teks Pidato, Dibacakan Saat Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-77, 17 Agustus

Tidak memiliki gairah seksual

Periode menstruasi tidak teratur pada wanita

Gejala mungkin bervariasi pada setiap kasus dan mungkin muncul sebagai gejala penyakit lain.

Gejala lainnya adalah sakit kepala, tekanan darah tinggi, mudah lelah, dan infertil.

Sementara, ada juga beberapa gejala yang jarang terjadi pada orang-orang yang mengalami empty sella syndrome, yakni:

Meningkatnya tekanan dalam tengkorak

Baca Juga: Profil dan Biodata JEJE Slebew: Remaja Citayam Fashion Week, Lengkap Akun Media Sosialnya

Bocornya cairan tulang belakang melalui hidung

Pembengkakan di mata

Penglihatan menjadi kabur atau buram

Seseorang yang mengalami empty sella syndrome juga mungkin mengalami kenaikan berat badan. Ini karena kelenjar pituitari yang rusak tidak dapat melepaskan hormon perangsang tiroid atau TSH yang cukup.

Hormon TSH bekerja dengan merangsang tiroid untuk melepas hormon tiroid yang berfungsi dalam mengontrol kecepatan metabolisme, yakni proses bagaimana tubuh mengubah makanan menjadi energi.

Jika kelenjar pituitari tidak melepaskan cukup TSH akibat empty sella syndrome, maka kelenjar tiroid mungkin tidak dapat melepas hormon tiroid yang cukup. Saat kadar hormon tiroid rendah, ini bisa memperlambat metabolisme tubuh, dan menyebabkan penambahan berat badan.

Baca Juga: Contoh Teks Pidato Singkat, Tema Hari Kemerdekaan RI, Cocok Jadi Referensi HUT RI ke-77

Siapa yang mungkin rentan idap empty sella syndrome?

Empty sella syndrome adalah kondisi yang langka, namun, baik anak-anak maupun orang dewasa bisa mengalami kondisi ini. Wanita lebih umum mengalami empty sella syndrome, jika dibandingkan dengan pria. Kondisi langka ini juga lebih umum terjadi pada orang-orang yang mengalami obesitas atau tekanan darah tinggi.

Apakah penyakit empty sella syndrome bisa sembuh?

Empty sella syndrome umumnya tidak mengancam jiwa. Kondisi ini bisa diobati dengan terapi hormon dan mungkin operasi pembedahan.

Empty sella syndrome hanya bisa dikontrol dengan perawatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan. Perawatan akan bergantung pada seberapa parah penyakit yang diderita pasien.

Baca Juga: Siapa Tasya Pianis Cilik Pemilik Rumah Mewah di Depok Viral TikTok? Ternyata Begini Kondisi Rumah Usai 6 Tahun

Jika pasien tidak merasakan gejala apapun, maka tidak perlu melakukan perawatan apa-apa. Jika pasien memiliki masalah ketidakseimbangan hormon, dokter bisa meresepkan beberapa jenis obat-obatan untuk menggantikan hormon yang hilang, seperti pada kasus pasien hipopituitari.

Jika cairan otak keluar dari hidung terus menerus, pasien mungkin perlu melakukan operasi. 

Demikianlah mengenal empty sella syndrome penyakit langka yang diidap Ruben Onsu Kritis mulai dari gejala dan penyebab hingga cara penyembuhannya.***

 

Editor: Farra Fadila

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah