Sejarah Lengkap Malam 1 Suro, Kenapa Dianggap Malam Mistis? Bagaimana Keistimewaan Malam 1 Suro Menurut Islam?

- 27 Juli 2022, 19:41 WIB
Sejarah Lengkap Malam 1 Suro, Kenapa Dianggap Malam Mistis? Bagaimana Keistimewaan Malam 1 Suro Menurut Islam?
Sejarah Lengkap Malam 1 Suro, Kenapa Dianggap Malam Mistis? Bagaimana Keistimewaan Malam 1 Suro Menurut Islam? /Pexels/Johannes Plenio

MEDIA BLITAR – Malam 1 Suro memang diidentikkan dengan malam yang penuh hal mistis dan klenik. Bahkan ada larangan-larangan tertentu yang tidak diperbolehkan saat malam 1 suro ini sedang berlangsung.

Bahkan, banyak mitos yang mengiringi malam 1 Suro ini dan dianggap membawa petaka atau kesialan jika dilanggar.

Lantas apa alasan malam satu suro dianggap malam yang mengerikan. Bagaimana sejarahnya dan keistimewaan malam 1 suro yang ternyata punya sejarah kenabian yang kental? Simak penjelasannya.

Baca Juga: Profil dan Biodata JEJE Slebew: Remaja Citayam Fashion Week, Lengkap Akun Media Sosialnya

Di akhir penghujung bulan Juli 2022, ini banyak orang yang bertanya-tanya mengapa malam 1 disebut-sebut mistis.

Jika merujuk pada penanggalan Hijriah, 1 Muharram akan jatuh pada tanggal 31 Juli 2022. Maka malam 1 Suro akan diperingati pada malam hari pada tanggal 31 Juli 2022.

Bulan Suro kali ini jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 yang jatuh pada pasaran Sabtu Pahing. Namun, karena bulan suro jatuh pada pasaran Sabtu Pahing, sehingga malam perayaan 1 Suro akan berlangsung pada Jumat Legi malam harinya.

Baca Juga: Contoh Teks Pidato Singkat, Tema Hari Kemerdekaan RI, Cocok Jadi Referensi HUT RI ke-77

Meskipun Malam 1 Suro 2022 di rayakan pada hari Jumat Legi malam harinya, Namun dalam hitungan Jawa perayaan malam 1 Suro tersebut sudah masuk pada hari Sabtu Pahing karena sudah memasuki waktu magrib.

Malam 1 Suro merupakan awal bulan atau pembuka bulan pertama Tahun Baru dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram. Dalam penanggalan Jawa, pergantian bulan dihitung berdasarkan dengan penggabungan kalender lunar (Islam), kalender matahari (masehi) dan juga Hindu.

Menurut Dr. HM. Zainuddin, MA Wakil Rektor Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim mengatakan istilah suro berasal dari ‘asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan suro).

Baca Juga: Siapa Tasya Pianis Cilik Pemilik Rumah Mewah di Depok Viral TikTok? Ternyata Begini Kondisi Rumah Usai 6 Tahun

“Istilah itu kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim jawa,” tulis Zainuddin dilansir dari situs UIN oleh Media Blitar, 19 Juli 2022.

Sementara itu jika ditinjau dari agama Islam, istilah suro sebagaimana telah diketahui oleh mayoritas masyarakat Islam, adalah bulan Muharram.

Muharram adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam. Kemudian di zaman Nabi hingga Umar Ibnu Khattab diresmikan sebagai penanggalan tetap Islam.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Festival Nasional Reog Ponorogo Grebeg Suro 2022 Lengkap FRM-FNRP Resmi Gratis Free

Berdasarkan pengertian etimologisnya Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Makna itu tak terlepas dari realitas empirik dan simbolik yang melekat pada bulan itu.

Muharam penuh dengan berbagai peristiwa sejarah mulai dari kenabian hingga kerasulan. Muharam merupakan momentum sejarah yang sarat dengan makna.

Disebut demikian karena berbagai peristiwa penting dalam proses sejarah banyak terjadi dalam kurun waktu itu. Berikut contoh peristiwa penting terkait dengan suro itu misalnya peristiwa para Nabi dan Rasul Allah adalah sebagai berikut:

Baca Juga: PREDIKSI PSIS Semarang vs Arema FC BRI Liga 1 Indonesia 30 Juli Tahun 2022-2023:Line up, H2H, Skor, Kick Off

  1. Nabi Adam as.

Tepat pada Malam 1 Suro Nabi Adam as pertaubatannya diterima kala masih berada di surga dan pada saat itu pula Adam dan Hawa sedang beribadah kepada-Nya.

2, Nabi Idris

Pada Malam 1 Suro Nabi Idris memperoleh derajat luhur atas sikap kasih sayangnya terhadap sesama manusia.

  1. Nabi Muhammad SAW

Tepat pada Malam 1 Suro Nabi Muhammad SAW memperoleh Al-Quran sebagai pegangan hidup sepanjang masa bagi umatnya.

Baca Juga: Siapa Pemimpin Wakanda di Film Black Panther: Wakanda Forever? Kenali Pemerannya

Sejarah Malam 1 Suro

Perayaan malam 1 Suro di Yogyakarta biasanya dilakukan dengan kirab keris dan benda pusaka. Peringatan malam 1 Suro berbeda lagi di Gunung Lawu. Dilansir dari Antara, momentum malam 1 Suro banyak dipenuhi oleh pendaki.

Pada tahun 2019, bahkan tercatat 2.500 orang mendaki Gunung Lawu. Tujuan pendaki ini banyak.

Ada yang ingin liburan dengan mendaki gunung. Namun ada juga yang berencana melakukan ritual Suroan di puncak Gunung Lawu.

Baca Juga: PERUBAHAN Jadwal PSIS Semarang vs Arema FC Liga 1 Indonesia Hari ini: Cek Rekor Singo Edan vs Mahesa Jenar

Menyadur dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, berikut adalah sejarah Malam 1 Suro. Latar belakang dijadikannya 1 Muharram sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khattab, seorang khalifah Islam di zaman setelah Nabi Muhammad wafat.

Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada zaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.

Waktu itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menggempur Belanda di Batavia, termasuk ingin menyatukan Pulau Jawa.

Baca Juga: TERBARU Daftar Nomor Punggung Pemain Persebaya Surabaya Resmi Terdaftar di BRI Liga 1 Indonesia 2022-2023

Oleh karena itu, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok santri dan abangan.

Pada setiap hari Jumat legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil dilakukan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam Ampel dan Giri.

Akibatnya, 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut diluar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: UIN Malang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x