Jarang Disadari Fakta Ngeri 6 Bulan Lebih Mengurung Diri di Rumah, Bisa Jadi Anda Seorang Hikikomori

- 9 April 2021, 12:05 WIB
Jarang Disadari Fakta Ngeri 6 Bulan Lebih Mengurung Diri di Rumah, Bisa Jadi Anda Seorang Hikikomori
Jarang Disadari Fakta Ngeri 6 Bulan Lebih Mengurung Diri di Rumah, Bisa Jadi Anda Seorang Hikikomori /Pexels/Andrew Neel/

MEDIA BLITAR - Pandemi Corona memberikan kebiasaan baru bagi sebagian besar aktivitas manusia untuk bekerja, belajar dan kegiatan lainnya di rumah saja.

Namun, kebiasaan ini dapat memicu masalah besar apabila dilakukan secara terus-menerus. Hal tersebut dapat memicu fenomena Hikikomori.

Mungkin, Anda baru saja mendengar kata asing dari bahasa Jepang tersebut, Hikikomori merupakan fenomena endemik yang sedang melanda di Jepang.

Baca Juga: Gubernur NTT Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Kondisi tersebut merupakan masalah psikologis yang mengancam generasi muda Jepang yakni, pengurungan dan penarikan diri dari komunitas sosial masyarakat.

Lalu, kapan istilah ini muncul di Jepang?

Hikikomori mulai diperkenalkan oleh seorang psikiater Jepang, Tamaki Saito. Dia menggambarkan fenomena tersebut sebagai sebuah masalah yang terjadi abad 20an.

Baca Juga: Jangan Mudah Tergoda Parasnya, Berikut 5 Fakta Mengejutkan Wanita Korea Selatan Nomor 1 Sudah Lumrah

Kondisi ini membuat seseorang cenderung memilih mengurung diri dan tidak ikut berkontribusi di lingkungan masyarakat.

Tamaki juga menjelaskan seorang hikikomori minimal mengurung diri kurang lebih dari 6 bulan. Namun, keadaan tersebut tidak ada masalah mental maupun kejiwaan.

Dikutip MediaBlitarcom dari situs remsi Info Japan menjelaskan ciri-ciri seseorang yang dikenal sebagai hikikomori seperti:

Baca Juga: Atta Halilintar dan Aurel Pamer Kado Pernikahan, Berikut Isi Kado dari Jokowi dan Ibu Iriana

  1. Sepanjang Hari Lebih Banyak Beraktivitas di dalam Rumah

Bagi Anda yang lebih suka menyendiri maupun berkativitas di dalam rumah sepanjang hari tanpa keluar rumah.

Kemungkinan besar Anda seorang hikikomori. Namun, satu tanda saja tidak cukup membuat Anda menjadi seorang hikikomori.

Kondisi tersebut bisa dipicu oleh lingkungan sosial, tekanan keluarga maupun ketertarikan untuk mengurung diri. Biasanya, seorang hikikomori cenderung mengahbiskan waktu menonton TV maupun berkativitas lain di dalam kamar.

Hal itu bertujuan untuk menghindari anggota keluarga, teman maupun lingkungan sosial, sehingga memicu ketakutan luar biasa untuk bertemu orang lain.

Baca Juga: Innalillahi Rombongan Adik Ruben Onsu Kecelakaan Usai Soroti Hal Mistis di Bali, Begini Kondisinya

  1. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Kriteria orang yang dianggap hikikomori adalah menarik diri dari lingkungan sosial. Orang dengan kriteria ini, tidak ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Selain itu, cenderung menghindar apabila bertemu dengan orang lain dan memilih rumah sebagai tempat terbaik.

  1. Pekerjaan Rutin Mengalami Hambatan

Kemungkinan besar sebelum menjadi seorang hikikomori, seseorang memiliki aktivitas pada umumnya seperti bekerja, bersekolah maupun aktif bersosial.

Namun, terdapat masalah tertentu yang menyebabkan seseorang lebih memilih menarik diri di lingkungan sosial.

Kondisi tersebut dapat memicu gangguan aktivitas rutin yang berdampak pada penyesalan diri berkelanjutan hingga takut untuk bertemu dengan orang lain.

Secara langsung keadaan tersebut membuat hubungan dia dengan orang lain terputus baik teman maupun keluarga.

Baca Juga: 5 Hobi Simpel Wanita Milenial Ingin Tampil Cantik Tapi Membawa Maut, Salah Satunya Menyisir Rambut Basah

  1. Mengurung Diri Lebih dari 6 Bulan

Lamanya waktu pengurungan diri di rumah oleh seorang hikikomori minimal 6 bulan. Namun, kondisi ekstrem hikikomori dapat berlangsung selama bertahun-tahun di Jepang.

Apabila Anda sudah mengurung di rumah tanpa keluar selama 6 bulan lebih dapat dipastikan Anda seorang hikikomori.

  1. Tidak Ada Gangguan Mental

Pada dasarnya, hikikomori tidak ada masalah gangguan mental yang dipicu dari tindakannya dari penarikan diri di lingkungan sosial.

Meskipun demikian, fenomena tersebut mulai menjadi endemik di Jepang. Tidak menutup kemungkinan di berbagai negara sudah terjadi beberapa akhir ini.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: jpninfo.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah