Ternyata Ini Alasan Malam 1 Suro Sakral Penuh Klenik Menurut Tradisi Jawa, Menelusuri Rekam Jejak Bulan Suro

27 Juli 2022, 21:21 WIB
Ternyata Ini Alasan Malam 1 Suro Sakral Penuh Klenik Menurut Tradisi Jawa, Menelusuri Rekam Jejak Bulan Suro/Pexels/Cottonbro/ /

MEDIA BLITAR – Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, ternyata ada alasan kenapa malam 1 Suro dianggap sakral dan penuh klenik, menelusuri rekam jejak bulan Suro menurut tradisi jawa.

Sementara itu, beberapa kalangan masyarakat, banyak pula mitos-mitos yang beredar, utamanya seputar larangan dan pantangan melakukan aktivitas tertentu di bulan Suro karena dianggap ra ilok, pamali.

Beberapa kegiatan, seperti mengadakan pernikahan atau membangun rumah pantang untuk dilakukan bagi sebagian orang Jawa yang mempercayainya.

Baca Juga: Apa itu Slebew? Begini Arti Slebew, Bahasa Gaul yang Dipopulerkan oleh Jeje

Pada malam Suro ini memang identik dengan aura mistis yang begitu kental. Pada malam 1 Suro akan terjadi keselarasan antara dimensi manusia dengan dimensi para lelembut yang disebut sebagai tundan demin yang artinya malam di mana akan terjadi akumulasi makhluk halus.

Sehingga semua makhluk halus seperti Jin, setan, siluman, binatang gaib dan lainnya akan mudah masuk ke alam kita.

Di beberapa daerah pula, bermacam ritual dalam menyambut “malam yang disucikan” dilakukan. Contohnya, beberapa kalangan masyarakat mengadakan padusan, yakni mandi bersama di sungai sebagai cara untuk “membersihkan diri” dari aura negatif dan bersiap untuk tahun yang baru.

Baca Juga: LINK DOWNLOAD Film Malam Satu Suro Resmi Bukan di Rebahin, LK21, dan Telegram Kisah Sundel Bolong Jatuh Cinta

Terlepas dari tujuan ritual atau anggapan ‘suci’ maupun ‘angker’ dari Malam 1 Suro, kegiatan-kegiatan tersebut ternyata memiliki makna spiritual. Lantas, bagaimana Malam 1 Suro bisa dianggap sakral?

Akar Kesakralan Mitos Malam 1 Suro Muhammad Solikhin dalam Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) berpandangan, faktor terpenting yang menyebabkan bulan Suro dianggap sakral adalah budaya keraton.

Ia menulis, bahwa keraton sering mengadakan upacara dan ritual untuk peringatan hari-hari penting tertentu, dan akhirnya terus diwariskan, dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Profil dan Biodata BONGE, Remaja Citayam Fashion Week: Lengkap Akun Media Sosialnya

Dalam konteks malam 1 Suro, seperti dicatat Wahyana Giri dalam Sajen dan Ritual Orang Jawa (2010), lingkungan Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta sebenarnya memaknainya sebagai malam yang suci atau bulan penuh rahmat.

Pada malam tersebut mereka mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membersihkan diri melawan segala godaan hawa nafsu, dengan menjalankan tirakat dan lelaku atau perenungan diri.

Salah satunya, selamatan khusus selama satu minggu berturut-turut dan tidak boleh berhenti. Sementara Prapto Yuwono, pengajar Sastra Jawa di Universitas Indonesia, mencoba menjelaskan mengapa pada akhirnya Malam 1 Suro dimaknai secara menakutkan.

Baca Juga: Contoh Teks Pidato, Dibacakan Saat Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-77, 17 Agustus

Menurutnya, ini adalah imbas dari politik kebudayaan dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Pada kurun 1628-1629, Mataram mengalami kekalahan dalam penyerbuannya ke Batavia, yang akhirnya membuat Sultan Agung melakukan evaluasi.

Setelah penyerbuan itu pula, pasukan Mataram yang menyerang Batavia telah terbagi ke dalam pelbagai keyakinan seiring semakin masifnya Islam di tanah Jawa. Kondisi tersebut akhirnya membuat pasukan Mataram tidak solid.

Kemudian, untuk merangkul semua golongan yang terbelah, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Baca Juga: Sejarah Lengkap Malam 1 Suro, Kenapa Dianggap Malam Mistis? Bagaimana Keistimewaan Malam 1 Suro Menurut Islam?

Alasan Sultan Agung Menciptakan Tahun Jawa Islam Menurut Prapto, alasan mengapa Sultan Agung menciptakan tahun Jawa-Islam, karena ada satu peristiwa sejarah yang membuat dia miris dan sedih.

Ia lantas berpikir secara keseluruhan bahwa ada yang salah dengan kebudayaan Jawa. Banyak yang mengaitkan rasa sedih Sultan Agung dengan kekalahan dalam dua kali penyerbuannya ke Batavia.

Akhirnya, ia menciptakan tahun baru yang menggabungkan antara tahun Saka Hindu dengan tahun Islam, dengan harapan bahwa berubahnya konsep akan membuat semua kesedihan itu hilang. Sultan Agung juga mencanangkan pada malam permulaan tahun baru itu untuk prihatin, tidak berbuat sesuka hati dan tidak boleh berpesta.

Baca Juga: Profil dan Biodata JEJE Slebew: Remaja Citayam Fashion Week, Lengkap Akun Media Sosialnya

Masyarakat harus menyepi, tapa, dan memohon kepada Tuhan. Prapto juga menambahkan, untuk menghormati leluhur dan sebagai bentuk evaluasi, pada malam tersebut juga pusaka-pusaka dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali. Dari sinilah, menurut pengajar Sejarah Jawa UI itu, yang membuat orang Jawa meyakini bahwa malam satu Suro itu menjadi malam yang sangat sakral.

Dan di situ pula, pertemuan antara dunia manusia dengan dunia gaib, karena pusaka-pusaka dicuci, didoakan, diselamatkan kembali. Lebih lanjut ia menjelaskan, karena malam tersebut merupakan "pertemuan" antara dunia manusia dengan dunia gaib, maka malam tersebut akhirnya ditakuti orang-orang.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Festival Nasional Reog Ponorogo Grebeg Suro 2022 Lengkap FRM-FNRP Resmi Gratis Free

Bagi sebagian orang, ketakutan itu adalah berupa sanksi-sanksi gaib jika tidak berbuat kebaikan. Sementara bagi sebagian lain justru kehadiran dunia gaib inilah yang ditakuti. Kepercayaan inilah yang kerap diangkat ke layar lebar dengan menghadirkan kisah-kisah menyeramkan.

Tradisi-tradisi itu pun terus berlanjut, dan kesakralan Malam 1 Suro terus diproduksi melalui mitos-mitos, tuturan cerita mulut ke mulut, bahkan tak jarang layar kaca juga menyuburkannya.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler