Makna Takiran, Tradisi Saat Isra Miraj yang Mulai Dilupakan

28 Februari 2022, 13:27 WIB
Makna Takiran, Tradisi Saat Isra Miraj yang Mulai Dilupakan/Dok. Media Blitar /

MEDIA BLITAR - Istilah takiran tentu tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Tidak hanya digelar saat acara Maulid Nabi di desa-desa maupun dalam acara 1 Muharram, takiran biasanya juga diadakan saat peringatan hari besar Islam seperti Isra Miraj. 

Acara takiran juga dibuat untuk memeriahkan acara tiga bulanan kelahiran seorang bayi maupun acara syukuran lainnya.

Baca Juga: Tak Hanya Isra' Mi'raj, Hal ini Juga Diperingati Tanggal 28 Februari

Takir secara tradisional berarti makanan yang dibungkus daun pisang dengan lauk yang sederhana. 

Bungkus takir berupa daun pisang tersebut disematkan dengan dua batang lidi kecil di sisi kanan dan kiri daun pisang yan dilipat rapi hingga bentuknya menyerupai mangkuk.

Takir dapat berisi nasi kuning atau nasi putih dengan lauk sambal goreng kentang/tahu, serundeng, dan telur suwir atau atau daging ayam. 

Baca Juga: Isra Miraj 2022 Jatuh Pada Tanggal 28 Februari 2022, Simak Ternyata Begini Sejarah Singkat Isra Miraj

Di masa kini, tradisi takiran tidak melulu dikemas dengan menggunakan daun pisang tetapi menjadi lebih praktis dengan bungkus nasi kotak berbahan kardus.

Sejatinya, apa makna tradisi takiran yang sering diadakan oleh masyarakat Jawa?

Takir dapat dimaknai sebagai "takwa-dzikir" yaitu dengan adanya takiran bersama masyarakat sekitar dapat meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menggugah kembali niat seseorang untuk sering berdzikir mensyukuri banyaknya kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Isra Miraj yang Bikin Tenang untuk Dibagikan ke Sesama

Takir juga dapat dimaknai sebagai "nata pikir" dimana seseorang diharapkan dapat kembali menata cara berpikirnya terhadap kehidupan. 

Takir, nata-pikir berarti memperbaiki cara pandang terhadap sesuatu menjadi lebih baik, positif dan penuh rasa syukur. 

Menghilangkan prasangka buruk terhadap orang lain dan mencari ketenangan hidup.

Tradisi masyarakat Jawa memang sarat dengan makna. Bahkan lidi yang disematkan disisi kanan dan kiri takir pun memiliki makna yang dalam. 

Lidi tersebut haruslah runcing agar dapat menyatukan daun pisang sehingga terbentuk menjadi takir yang sempurna. 

Baca Juga: Tenang Hati! Amalan Dzikir dan Doa yang Dianjurkan Rasulullah pada Peringatan Isra Mi’raj

Demikian juga pesan yang terkandung di dalamnya yaitu agar seseorang memiliki pemikiran yang tajam, daya nalar yang kritis sehingga ia dapat menjadi pribadi yang cerdas dan berguna bagi masyarakat sekitar.

Alih-alih menggunakan stereofoam, daun pisang yang digunakan dalam tradisi takiran bermakna ajakan untuk kita agar kembali ke alam. 

Memanfaatkan apa yang ada dan memilih sumber daya alam yang ramah lingkungan. 

Bungkus daun pisang yang sudah tidak dipakai akan mudah diuraikan oleh tanah sehingga menjadi pembungkus makanan yang lebih sehat dan tidak mengendap bertahun-tahun lamanya seperti pembungkus makanan dari bahan lain.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa, Salah Satunya Angkaan Bherkat

Takiran identik dengan budaya makan bersama di sebuah lingkungan desa, sekolah, atau lembaga pemerintahan. 

Berbagi lauk dan saling bertukar takir bermakna pengingat bagi kita semua agar memberikan yang terbaik saat bersedekah kepada orang lain.

Sebab kebaikan yang kita berikan kepada orang lain sejatinya akan kembali kepada diri kita sendiri.

Duduk makan bersama saat takiran juga memiliki makna menjaga persatuan dan kesatuan.

Dapat dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga dan tetangga sebelum akhirnya dapat meluas maknanya pada menjaga persatuan dan kesatuan negara.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Tags

Terkini

Terpopuler