Shodanco Muradi pun memberikan syarat kepada Kolonel Katagiri bahwa senjata dari para pemberontak tidak boleh dilucuti oleh Jepang, pemberontak juga ditadk boleh diadili atau diperiksa oleh Jepang. Kolonel Katagiri setuju, dan memberikan pedangnya sebagai jaminan. Pemberian pedan tersebut merupakan janji seorang samurai yang harus ditepati.
Janji Katagiri tidak bisa diterima oleh komandan tentara Jepang, mereka mengirimkan tentara rahasia untuk megusut pemberontakan PETA dan Jepang akhirnya melanggar janji.
Setelah pemberontakan, perwira dan prajurit PETA dari Blitar ditangkap dan dijebloskan ke penjara dan akan diadili secara militer di Jakarta.
Baca Juga: Link Download Ghost 3D APK Game Viral 2022 dari Hey Fun
Semenjak itu, nasib dari Shodanco Supriyadi tidak diketahui, beliau menghilang secara misterius tanpa ada yang mengetahui kabarnya hingga kini.
Beberapa orang meyakini Supriyadi tewas dibunuh tentara Jepang, namun beberapa orang juga menyakini bahwa Supriyadi tewas diterkam binatang buas. Shodanco Supriyadi pun telah diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia yang pertama. Namun, Supriyadi tak pernah muncul untuk menerima mandat tersebut.
Karena Supriyadi yang tak kunjung muncul Prsesiden Soekarno akhirnya mengangkat dan melantik Imam Muhammad Suli Adi Kusumo sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan Republik Indonesia.
Meskipun demikian, Pemerintah Indonesia tetap mengakui jasa-jasa dari Supriyadi dan mengangkatnya sebagai salah satu pelopor kemerdeaan dan sebagai salah satu pahlawan Nasional Indonesia. Untuk memperingati hari pemberontakan tersebut di lokasi kejadian didirikan monumen PETA yang terdiri dari 7 buah patung tentara PETA dalam posisi yang siap menyerang dengan patung Supriyadi berada ditengah-tengah yang merupakan pimpinan dari pemberontakan.
Pada tanggal 14 Februari telah dicatat sebagai peringatan peristiwa pemberontakan pembela tanah air atau PETA.