MEDIA BLITAR – Jam Kiamat atau Doomsday Clock diciptakan pada tahun 1947 atau 75 tahun yang lalu sebagai alat pengukur aktivitas masyarakat dunia selama bertahun-tahun.
Jam itu didesain seorang artis asal Amerika Serikat (AS), Martyl Langsdorf.
Saat itu perang dingin sedang berlangsung dan para ilmuwan ingin memperingatkan orang AS soal bahaya konfrontasi nuklir dari Uni Soviet.
Baca Juga: 5 Tips Cara Mudah Menghilangkan Rasa Sakit Hati, Salah Satunya Biarkan Diri untuk Bersedih
Pada awalnya, Jam Kiamat ini diciptakan untuk mengukur ancaman nuklir yang dikhawatirkan mengancam keberlangsungan umat manusia, namun pada 2007 tujuan ini berkembang dengan memasukkan perubahan iklim menjadi salah satu perhitungan Jam Kiamat.
“The Clock has become a universally recognized indicator of the world’s vulnerability to catastrophe from nuclear weapons, climate change, and disruptive technologies in other domains,” tulis thebulletin.org menegaskan hal ini.
Baca Juga: Data Bank Indonesia Dibobol Geng Hacker Rusia, Ini Kata Kominfo
“The Doomsday Clock is set every year by the Bulletin’s Science and Security Board in consultation with its Board of Sponsors, which includes 11 Nobel laureates,” dijelaskan pula di sini, waktu pada Jam Kiamat ditetapkan oleh para ahli di Dewan Sains dan Keamanan Buletin tiap tahunnya.
Sebelum menyetel Jam Kiamat, tiap tahunnya mereka akan berkonsultasi dengan Dewan Sponsor yang terverifikasi meraih 11 Nobel.