Para pengungsi tersebar di wilayah Kecamatan Pronojiwo, sebanyak 305 warga, kecamatan Candipuro yang dipusatkan di balai desa, serta 188 warga di kecamatan Pasirian.
Meskipun awan panas sudah tidak menyembur dari puncak Mahameru, pihak BPBD kabupaten Lumajang menghimbau seluruh masyarakat untuk tidak kembali melakukan aktivitas apapun di daerah aliran sungai Mujur Curah Kobokan dan daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya lahar dingin yang mendadak keluar dari gunung Semeru, mengingat hujan yang tidak bisa kita prediksi kedatangannya.
Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab erupsi gunung Semeru pada tanggal 4 Desember 2021.
Baca Juga: Gunung Semeru Meletus Jadi Sorotan Media Asing, Berapa Jumlah Korban Tewas Akibat Amukan Mahameru?
Menurut kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Budi Lelono, “Tingginya curah hujan di sekitar kawasan Gunung semeru menyebabkan runtuhnya bibir lava dan memicu adanya erupsi atau ada guguran awan panas “.
Bulan November ini diperkirakan akan terus turun hujan dengan intensitas sedang ke tinggi, oleh karena itu masyarakat diminta untuk hati-hati dan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana. ***