Olimpiade Beijing 2022: Menteri Autralia Dukung Hak Bebas Berbicara Para Atlet

22 Januari 2022, 06:04 WIB
Logo Olimpiade Beijing 2022 /Reuters/Tingshu Wang via Sputnik News/

MEDIA BLITAR - Menteri Olahraga Australia Richard Colbeck mengatakan pembatasan berbicara para atlet di Olimpiade Beijing Musim Dingin, akan terlaksana pada bulan depan, dan terkesan "sangat memprihatinkan”.

Atas hal ini, Richard menyampaikan bahwa mereka (res: para atlet) harus bebas mengungkapkan pendapat selama Olimpiade.

Baca Juga: Valeree Siow Bertekad Bantu Chan Peng Soon Ikuti Olimpiade Ketiga: Aku Tidak Akan Mengecewakannya

Awal pekan ini, para atlet yang maju ke Olimpiade Beijing diperingatkan untuk berbicara tentang isu-isu hak asasi manusia saat berada di China demi keselamatan mereka sendiri, oleh para pembicara di sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Human Rights Watch.

Australia termasuk di antara sejumlah negara yang turut serta, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. Menindaklanjuti hal tersebut, sejumlah negara itu, mengumumkan boikot diplomatik atas Olimpiade tersebut, karena kekhawatiran tentang hak asasi manusia di China.

Baca Juga: Susi Susanti Ingin Apriyani Rahayu Punya Partner Baru, Greysia Polii Tak Jadi Kejar Olimpiade Paris 2024?

Baca Juga: Masih Butuh Gandeng China Urusan Diplomatik, Korea Selatan Tak Ikut-ikutan Boikot Olimpiade Beijing

"IOC (Komite Olimpiade Internasional) telah menjelaskan bahwa semua atlet memiliki hak atas opini politik dan kebebasan untuk mengekspresikannya termasuk melalui media sosial dan wawancara media," kata Colbeck kepada Sydney Morning Herald.

"Setiap ancaman yang ditujukan kepada atlet Australia untuk berbicara, oleh karena itu, sangat memprihatinkan dan sama sekali tidak didukung oleh pemerintah Australia."

Baca Juga: Chan Peng Soon Targetkan Olimpiade Paris Usai ungkapkan Kembali ke Timnas Malaysia, Bakal Cari Pasangan Baru?

Yang Shu, wakil direktur jenderal Departemen Hubungan Internasional Beijing 2022, mengatakan pada hari Rabu bahwa para atlet harus mematuhi piagam Olimpiade dan undang-undang nasional di China selama Olimpiade, yang dimulai pada 4 Februari.

"Setiap perilaku atau ucapan yang bertentangan dengan semangat Olimpiade, terutama yang bertentangan dengan hukum dan peraturan Tiongkok, juga akan dikenakan hukuman tertentu," kata Yang.

Baca Juga: Chan Peng Soon Pensiun, Liliyana Natsir Kenang Prestasi Bersejarah di Olimpiade Rio 2016

Baca Juga: Raja Tanpa Mahkota, Lee Chong Wei Gagal Cicipi Juara Dunia hingga Emas Olimpiade Bulutangkis

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah lama mengkritik IOC karena menganugerahkan Olimpiade kepada China, dengan alasan perlakuannya terhadap Uyghur dan kelompok minoritas Muslim lainnya, yang dianggap Amerika Serikat sebagai genosida. Namun China membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Pada hari Selasa, IOC mengatakan dalam tanggapan email atas permintaan komentar dari Reuters bahwa mereka "mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia sebagaimana diabadikan dalam Prinsip-Prinsip Dasar Piagam Olimpiade dan dalam Kode Etiknya" setiap saat.

***

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler