“Hanya satu orang yang bisa memahaminya, kaulah satu-satunya yang mengerti aku dalam diam,” lanjut Nedim.
“Cemre yang mengajar saya untuk berbicara dengan mataku, bukan dengan kata-kataku,” lanjutnya.
“Siapa yang berjanji akan bersamaku saat aku memejamkan mata?” tanya Nedim.
Cemre yang mendengarkan semua perkataan Nedim akhirnya meneteskan air mata karena mengingat kebersamaannya mereka dahulu.
Nyatanya, semua perkataan Nedim itu berubah menjadi cacian karena ketidakpercayaan terhadap Cemre yang selama ini telah berjuang.
“Kamu cocok dengan air mata buaya itu, aku tidak percaya lagi padamu,” ucap Nedim.
“Karena kamu bukan Cemre yang saya bicarakan, jangan berpura-pura lagi,” lanjutnya
“Saya tahu mengapa Anda datang ke sini, kamu datang untuk suamimu,” ucap Nedim dengan ekspresi marah dan meninggalkan Cemre.