Fenomena Surya Pethak Buat Matahari Memutih dan Suhu di Permukaan Bumi Mendingin. Apa itu Surya Pethak?

1 Agustus 2021, 18:04 WIB
Fenomena Surya Pethak Buat Matahari Memutih dan Suhu Di Permukaan Bumi Mendingin /Pexels.com/Fabio Partenheimer/

MEDIA BLITAR - Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengungkapkan dalam beberapa hari kedepan akan terjadi fenomena yang dinamakan Surya Pethuk.

Secara garis besar Surya Pethak yaitu fenomena alam di mana Matahari akan tampak memutih dan cahaya pun akan terlihat temaram seperti malam hari. Selain itu suhu di permukaan bumi akan menjadi lebih dingin dari biasanya.

Fenomena ini diprediksi akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan. Menurut Lapan fenomena ini bisa terjadi sepekan hingga paling lama 40 hari.

Baca Juga: Simak Berikut: Asal Usul Adanya Fenomena Nama Dari Strawberry Supermoon Atau Bulan Strawberry?

Dilansir dari Edukasi Sains LAPAN fenomena Surya Pethak atau secara harfiah disebut sinar Matahari yang tampak merona putih selama siang hari berlangsung sejak terbit hingga terbenam.

“Sinar Matahari yang biasa kemerahan akan ketika terbit akan dan terbenam akan memutih, sedangkan ketika Matahari meninggi, sinar Matahari tak begitu terik dikarenakan terhalang oleh semacam kabut awan,” papar Andi Pangerang seperti dilansir dari Edukasi Sains LAPAN, Minggu, 1 Jali 2021.

Sebelum mengetahui lebih lanjut mengapa fenomena ini dapat terjadi, lebih baiknya mengetahui terlebih dahulu mengapa Matahari dan langit terlihat berwarna kemerahan saat terbit dan tenggelam, dan mengapa saat siang hari Matahari berwarna putih dan langit biru.

Baca Juga: Beredar Fenomena Teror Lampor Keranda Terbang, Ahli Spiritual Ungkap Kaitan ‘Gondo Mayit’ Tanah Jawa

Menurut Andi ketika tengah hari, spektrum biru dihamburkan sedangkan spektrum hijau dan merah diloloskan sehingga Matahari berwarna kekuningan dan langit tampak biru. Hamburan tersebut biasa disebut Hamburan Rayleigh.

Namun dirinya juga mengungkapkan bahwa jika dikaitkan dengan tempat terjadinya, Surya Pethak sangat sulit terjadi apabila kondisi suatu wilayah tidak mendukung.

“Idelnya kondisi tersebut bisa terjadi apabila kualitas udara di tempat tersebut tergolong bagus dan bersih karena kualitas udara yang akan dilalui akan mempengaruhi warna Matahari saat terbit dan tenggelam,” tulis Andi Pangerang.

Baca Juga: Heboh! Beredar Video Awan Pelangi Diduga Fenomena ‘Cloud Iridescence’ Pasca Gempa Malang di Blitar

Selain itu, dirinya juga mengungkapkan sangat kecil kemungkinan kabut awan yang menyelimuti permukaan Bumi yang ditimbulkan oleh penurunan aktivitas Matahari berkepanjangan seperti yang pernah terjadi sebelumnya yakni pada pada 1645 hingga 1715. Fenomena ini biasa disebut sebagai Maunder Minimum.

“Dalam waktu dekat ini, fenomena surya pethak tidak akan terjadi setidaknya jika dikaitkan dengan aktivitas Matahari dan iklim. Namun, fenomena ini bisa dimungkinkan terjadi oleh aktivitas letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang hingga saat ini masih sulit diprediksi oleh para ilmuwan vulkanologi dan oseanografi,” paparnya.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: Edukasi Sains Antariksa LAPAN

Tags

Terkini

Terpopuler