Kirab ini biasanya dilaksanakan dalam rangkaian perayaan Hari Jadi Kabupaten Ponorogo atau acara budaya lainnya yang diadakan oleh pemerintah setempat.
Masyarakat Ponorogo, termasuk pemuda-pemudi dan kelompok seni Reog, berpartisipasi dalam persiapan dan pelaksanaan kirab ini.
Kirab dimulai dengan persiapan yang cermat. Pusaka-pusaka bersejarah, seperti keris, tombak, tameng, dan benda-benda pusaka lainnya, disiapkan dengan hati-hati oleh para pemangku adat.
Pusaka-pusaka ini memiliki makna dan nilai historis yang kuat bagi masyarakat Ponorogo. Mereka membersihkan dan memperbaiki pusaka-pusaka tersebut agar siap untuk diangkut dalam perjalanan kirab.
Pada hari kirab, masyarakat berkumpul di tempat yang telah ditentukan, seringkali berupa alun-alun atau tempat suci.
Mereka mengenakan pakaian adat dan menghias bedhol dengan bendera, kain warna-warni, dan hiasan-hiasan tradisional lainnya. Bedhol ini dianggap sebagai sarana transportasi sakral yang membawa pusaka-pusaka berharga.
Prosesi kirab dimulai dengan tarian-tarian Reog yang mengiringi bedhol. Para penari dengan kostum kuda berkepala singa yang megah menunjukkan kekuatan dan keindahan angkatan laut tersebut. Musik gamelan dan alat musik tradisional lainnya memainkan melodi yang mengiringi langkah kaki kirab.
Perjalanan kirab dilakukan melalui jalan-jalan utama di Ponorogo. Rute kirab biasanya mencakup desa-desa, kampung-kampung, dan kawasan perkotaan.