Berlebihnya pasokan disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi daging ayam di tengah masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi daging ayam di Indonesia adalah 12,79 kilogram per kapita per tahun.
"Masih jauh lebih rendah dari negara tetangga," ujar Nasrullah.
Tingkat konsumsi daging ayam di Malaysia, misalnya, sudah mencapai 38 kilogram per kapita per tahun.
Baca Juga: Boikot Produk Prancis Dilakukan oleh Kelompok Perdagangan Arab
Nasrullah menambahkan, perlu ada kerjasama dari berbagai pihak dalam membuat sosialisasi yang mendorong masyarakat sehingga lebih banyak mengonsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani.
"Semoga GEMAYA jadi momentum awal dari gerakan peningkatan gizi masyarakat menuju generasi emas, sekaligus untuk menghadapi pandemi," tambah Nasrullah.
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia mengatakan, protein adalah salah satu asupan yang penting untuk mengatasi masalah gizi, termasuk mencegah gagal tumbuh pada anak.
Baca Juga: Menjelang Sumpah Pemuda, Boni Hargens: Hindari Aksi Anarkis Saat Sumpah Pemuda
Pemerintah menargetkan prevalensi gagal tumbuh pada anak di Indonesia turun menjadi 14 persen pada 2024 seperti arahan Presiden Joko Widodo pada rapat kabinet terbatas Agustus lalu.
Hardinsyah menjelaskan, masalah gizi yang masih terjadi di Indonesia disebabkan oleh kekurangan makanan dengan asupan sumber protein.