Terkait Isu Tsunami Megathrust, Apakah BMKG Sudah Siap Hadapi Tsunami Raksasa? Begini Penjelasannya

- 27 September 2020, 18:00 WIB
Isu Adanya Potensi Tsunami Megathrust Setinggi 20 Meter, BMKG : Kita Akui(pixabay.com)
Isu Adanya Potensi Tsunami Megathrust Setinggi 20 Meter, BMKG : Kita Akui(pixabay.com) /

MEDIA BLITAR - Tersiar kabar bahwa di beberapa wilayah di Indonesia berpotensi akan terjadinya Tsunami besar, tepatnya di daerah pesisir Indonesia.

Berbagai riset dan analisis terus dilakukan oleh pakar-pakar geologi dan ahli-ahli dari BMKG guna mendapatkan solusi penanganan terbaik untuk menghadapi situasi yang paling buruk.

Gelombang tsunami yang berpotensi menerpa pantai-pantai Indonesia ini juga berukuran raksasa karena diprediksi akan setinggi 20 Meter!

Baca Juga: Jadwal MotoGP Catalunya 2020 Malam Ini Link Live Streaming di Trans 7, Rossi Mengisi Posisi Terdepan

Tidak hanya berukuran raksasa, tsunami tersebut juga diperkirakan hanya membutuhkan waktu selama 20 menit untuk sampai ke pinggir pantai, dan tidak lama kemudian menerjang daerah padat penduduk.

Data-data tersebut bukanlah sebuah omong kosong, karena diperoleh melalui hasil riset dan simulasi bencana.

Dilansir dari PortalSurabaya.com, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menanggapi riset tersebut bahwa salah satu Peneliti BMKG Dr. Pepen Supendi terlibat langsung dalam penelitian tersebut terutama dalam pengolahan data dan analisis seismisitasnya.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING: MotoGP Catalunya 2020 Malam Ini Live, Siapa yang Akan Tercepat?

Kesiapan Indonesia menghadapi potensi tersebut pada 2008 lalu, BMKG telah mengoperasikan Sistem Monitoring dan Peringatan Dini Tsunami untuk mengantisipasi dampak gempa bumi Megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh.

Jika waktu tiba ketika gelombang tsunami ke pantai terdekat membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.

"Sistem yg dibangun tersebut dioperasikan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligent (AI) untuk menghitung secara cepat parameter gempa bumi, magnitudo dan lokasi hiposenter gempa bumi, yang kemudian secara otomatis dg pemodelan matematis dapat dihitung (diestimasi) potensi kejadian tsunaminya," ucap Dwikorita pada Jumat 25 September 2020.

Baca Juga: Serius? BLT Akan Diperpanjang oleh Pemerintah Hingga 2021 Lho!

Sehingga, dapat disebarluaskan secara otomatis Info kejadian gempa bumi dan peringatan dini tsunami melalui BNPB, BPBD, Televisi, dan berbagai moda diseminasi informasi lainnya SMS, telepon atau fax, media sosial, aplikasi info BMKG.

Hal tersebut hanya membutuhkan waktu 3-5 menit setelah gempa terjadi di wilayah Selatan Jawa.

"Artinya, masih tersisa waktu sekitar 15-17 menit sebelum perkiraan datangnya gelombang tsunami untuk evakuasi," ucap dia.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Rp 2,4 Juta Cair ke 15,7 Juta Pekerja, Kamu Belum Terima? Segera Lapor via Online

Meski demikian, dia menegaskan adanya Riset dan Sistem Peringatan Dini tersebut belum cukup untuk benar-benar melindungi masyarakat dari ancaman bahaya tsunami. Harus tetap ada kesiapan masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam merespons Peringatan Dini tersebut secara cepat dan tepat, bahkan dalam menyiapkan sarana prasarana evakuasi.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di PotalSurabaya.com dengan judul "Wilayah Ini Sudah Bersiap Jika Terjadi Gempa Megathrust dan Tsunami 20 Meter, Seperti Apa?"

"Selain itu, masyarakat harus terus diedukasi supaya semakin aware terhadap bahaya gempa dan tsunami yang ada di wilayahnya," kata Dwikorita.

Dwikorita pun memaparkan riset yang dilakukan merupakan multidisiplin data, ilmu, dan lintas instansi untuk mengkaji potensi gempa bumi terjadi di zona seismic gap pada sumber gempa Megathrust Selatan Jawa.

Baca Juga: Ngeri! Rekening Dikuras Habis, Waspadai Penipuan Berkedok BLT Jamsostek di Sosial Media

Tidak hanya itu, riset juga memodelkan dampak gempa bumi Megathrust tersebut berupa ketinggian gelombang tsunami di pantai selatan Jawa.

"Jadi pada area seismic gap di zona sumber gempa Megathrust ini dijadikan sebagai input dalam pemodelan tsunami dengan menggunakan beberapa skenario; skenario 1 jika hanya segmen Megathtust selatan Jawa Barat saja yang pecah," ucapnya.

Skenario 2 dilakukan jika hanya segmen Megatrust selatan Jawa Timur saja yang pecah, kemudian skenario terburuknya adalah jika kedua segmen ini pecah bersamaan bisa menghasilkan magnitudo Mw 9,1.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Rp 2,4 Juta Cair ke 15,7 Juta Pekerja, Kamu Belum Terima? Segera Lapor via Online

Dari hasil pemodelan tersebut dapat menyebabkan tsunami dengan ketinggian maksimum 20 meter di selatan Jawa bagian Barat (lebih tepatnya di selatan Banten) dan 12 meter di selatan Jawa Timur, dengan ketinggian tsunami rata-rata 4,5 meter.

"Dari hasil riset tersebut waktu datangnya gelombang tsunami sekitar 20 menit," pungkas Dwikorita.

*** (Yohanes Bayu / Portal Surabaya)

Editor: Ninditoo

Sumber: Portal Surabaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x