G30S PKI: Tragedi Malam Mencekam 30 September 1965, Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, dan Kronologinya

- 28 September 2022, 19:43 WIB
G30S PKI: Tragedi Malam Mencekam 30 September 1965, Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, dan Kronologinya
G30S PKI: Tragedi Malam Mencekam 30 September 1965, Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, dan Kronologinya /tvOne/

MEDIA BLITAR – Pernahkah kamu mendengar tentang sebuah tragedi nasional yang mengandung kontroversi hingga kini? Kisah tersebut adalah tragedi peristiwa gerakan 30 September 1965 atau biasa dikenal sebagai G30S PKI.

Tanggal 30 September setiap tahunnya diperingati sebagai hari G30S PKI atau Hari Peringatan Pemberontakan G30S PKI.

Meskipun peristiwa tersebut hanya berlangsung dua hari satu malam, namun dampaknya cukup besar bagi kehidupan perpolitikan bangsa Indonesia ketika itu.

Baca Juga: 30 September Diperingati sebagai Hari Apa? Menilik Sejarah dan Kisah Mencekam G30S PKI Siapa Dalangnya?

Banyak sekali klasik yang masih menjadi misteri hingga saat ini, salah satunya siapa dalang dari peristiwa tersebut? Oleh karena begitu banyak versi atas jawaban tadi, kita batasi pembahasan ini dari fakta-fakta peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Dilansir dari situs kemendikbud.go.id oleh Media Blitar, peristiwa Gerakan 30 September 1965 diduga didalangi oleh Partai Komunis Indonesia dan menimbulkan korban di kalangan petinggi militer.

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh persaingan politik, karena PKI sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk.

Baca Juga: 20 Ucapan Mengenang Peristiwa G30S PKI, Sejarah Kelam 30 September 1965 Lalu

Berbagai kebijakan yang diusulkan PKI diterima dan diterapkan, yaitu mempersenjatakan Angkatan V (Buruh Tani) untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia dan pembubaran Masyumi karena dianggap bertanggung jawab atas peristiwa PRRI/Persemesta.

Menilik Sejarah dan Kisah Mencekam G30S PKI

Tepatnya pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober 1965 dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Hari tersebut menjadi salah satu sejarah dan kisah mencekam bagi pemerintah Indonesia pada waktu itu.

PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Partai ini mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga petani.

Baca Juga: JAM TAYANG Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI Hari ini Selasa 27 September 2022 di ANTV: Jejak Berdarah

Pada pemilu tahun 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat di bawah PNI, Masyumi, dan NU.

Sejarah berdirinya PKI tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh Sosialis Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau dikenal dengan Henk Sneevliet.

Menyadur dari buku Sejarah untuk Kelas XII oleh Nana Supriatna, ISDV menyusup ke partai-partai lokal baik besar maupun kecil, seperti Sarekat Islam (SI).

Beberapa tokoh SI yang melejit pada saat itu antara lain Semaoen dan Darsono, yang tak lain berperan penting dalam pendirian PKI.

Baca Juga: Dampak Peristiwa G30S PKI Bagi Perjalanan Perkembangan Bangsa Indonesia, Apa Saja?

Pada tahun 1920-an, ISDV kemudian mengilhami lahirnya PKI dengan Semaoen sebagai ketua dan Darsono menjadi wakilnya.

Dilansir dari buku Tan Malaka berjudul Pergulatan Menuju Republik 1897-1925 yang ditulis oleh Harry A. Poeze, Tan Malaka sempat mengusulkan PKI sebagai Partai Nasional Revolusioner Indonesia. Namun, nama yang diusulkannya ditolak oleh Semaoen.

Pada tahun 1965 peristiwa G30S PKI pun pecah ditunggangi oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI.

Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.

Baca Juga: Fakta G30S PKI, Kronologi Singkat, Latar Belakang, dan Nama Pahlawan yang Jadi Korban

Menyadur dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara, menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni ‘If everything depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian).’

Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang.

G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.

Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Baca Juga: Daftar Peristiwa Penting di Bulan September: Mengenang Munir, Tragedi WTC, Hingga G30S PKI

Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Latar Belakang G30S PKI

Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Beberapa hal lain yang menyebabkan gerakan yang menewaskan para Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI.

Pertentangan pun muncul di antara keduanya. Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI.

Itulah sejarah G30S PKI. Setelah gerakan tersebut berhasil ditumpas, muncul berbagai aksi dari kalangan masyarakat untuk membubarkan PKI.

Baca Juga: Polisi Dikabarkan Tidak Main-Main Tembak Mati Penuduh Presiden Jokowi PKI Tepat di Kepala, Ini Faktanya

Tujuan G30S PKI

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.

Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto, beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:
1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.

Baca Juga: Link Nonton Film G30S PKI: Sejarah Kelam Tahun 1965, Gugurnya Pahlawan Revolusi

Kronologi G30S PKI

Peristiwa gerakan 30 September 1965, pada dasarnya berlangsung selama dua hari. Yakni tanggal 30 September kegiatan koordinasi dan persiapan, serta tanggal 1 Oktober 1965 dinihari kegiatan pelaksanaan penculikkan dan pembunuhan. Terjadinya pemberontakan secara kronologi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.  Gerakan 30 September 1965 berada dibawah kendali Letkol. Untung dari Komando Balation I resimen Cakrabirawa
2.  Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikkan.
3.  Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban penculikkan dan pembunuhan yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo dan satu perwira yakni Lettu Pirre Tandean. Keseluruhannya dimasukan kedalam lubang dikasawan Pondok Gede, Jakarta.

4.  Satu Jenderal selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu. Pierre Tandean.
5.  Korban lain ialah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr. J. Leimana.
6.  Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.

7.  Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia. Dan mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelamatan negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.

Baca Juga: Sedang Berlangsung Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI di TV One, Ini Link Live Streaming

Gerakan 30 September 1965 menyebabkan kebingungan terhadap masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Mereka mempertanyakan kemana para petinggi Angkatan Darat tersebut? tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Pertanyaan lainnya ialah siapa yang mengaku dirinya Dewan Revolusi yang menyiarkan berita tentang dekrit no.1?.

Kebingungan yang dirasa masyarakat Indonesia langsung direspon oleh pemerintah. Mayjen Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) setelah menerima laporan serta membuat perkiraan, Soeharto mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi itu telah diculik dan dibunuh.

Berdasarkan kesimpulan tadi, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat guna menindak-lanjuti persitiwa yang terjadi di tanggal 30 September tersebut.

Baca Juga: Profil 7 Jendral Korban Peristiwa G30S PKI: Dibunuh dan Dimasukkan ke Lubang Buaya

Langkah penumpasan dimulai pada tanggal 1 Oktober 1965, TNI berusaha menetralisasi pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka.

Selanjutnya Mayjen Soeharto menugaskan kepada Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi, tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah.

Dengan dikuasainya RRI dan Telekomunikasi, pada jam 20.00 WIB Soeharto mengumumkan bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan oleh gerakan 30 September, beliau juga mengumumkan bahwa Presiden Soekarno dan Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan selamat.

Operasi penumpasan berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma pada 2 Oktober 1965, tempat pasukan G30S mengundurkan diri dari kawasan Monas Kawasan.

Baca Juga: Terjemahan Lirik Lagu I'm Not The Only One - Sam Smith: But When You Call Me Baby I Know I'm Not The Only One

Pada tanggal yang sama atas petunjuk Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan PKI, pasukan pemerintah menemukan lokasi Jenazah para perwira di lubang sumur tua, di atasnya ditanami pohon pisang di kawasan yang dekat juga dengan Halim yakni Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pada tanggal 4 Oktober dilakukan pengangkatan Jenazah tersebut dan keesokan harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang gugur akibat pemberontakan ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Upaya penumpasan terus dilakukan, rakyat Indonesia turut membantu dan mendukung penumpasan tersebut. Demonstrasi anti-PKI berlangsung di Jakarta.***

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x