Network
MEDIA BLITAR - Persentase jumlah pengangguran di dunia meningkat tajam, terkait dengan pandemi virus corona (COVID-19) yang mewabah hampir di seluruh dunia.
Dengan semakin meningkatnya angka pengangguran ini, membuat Tiongkok coba memperluas definisi pekerjaannya untuk 8,7 juta lulusan baru perguruan tinggi.
Misalya sebagai toko online, pemain game online, dan penulis blog bisa dijadikan sebuah peluang untuk meningkatkan pekerjaan di tengah pandemi.
Baca Juga: BMKG Sebut Gempa di Jepara Efek Dari Putusnya Lempeng Indo - Australia Yang Berada di Laut Jawa
Seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com, Kementerian Pendidikan Tiongkok memerintahkan universitas untuk mencatat kriteria baru saat melaporkan tingkat pekerjaan lulusan.
Perubahan ini terjadi saat perekonomian di negara tersebut mengalami tekanan besar untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup.
Kementerian Pendidikan Tiongkok menginfokan kepada lulusan yang membuka toko online untuk dimasukkan ke dalam kelompok pekerjaan pertanggal 29 Juni.
Baca Juga: Gempa Berkekuatan 6,1 Magnitudo Mengguncang Wilayah Jepara Jawa Tengah, Warga Dihimbau Berhati-hati
Dimana mereka harus memberikan tautan toko online-nya dan informasi mengenai pendaftarannya.
Artikel ini telah tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Krisis Pengangguran di Tiongkok Imbas Wabah Corona, Gamers Kini Dikualifikasikan sebagai Pekerja"
Lulusan yang mengambil pekerjaan freelance, termasuk dalam pemasaran online, mengelola akun publik, dan bermain game online akan dimasukkan dalam kategori 'pekerjaan fleksibel'.
Perubahan ini menggerakkan spekulasi bahwa Beijing sedang berusaha untuk menambah angka pekerjaan lulusan baru untuk memperbaiki kerusakan di pasar kerja.
Menurut data Biro Statistik Nasional (NBS), angka pengangguran di Tiongkok meningkat hingga 5,9 persen pada akhir Mei.
Baca Juga: BREAKING NEWS : Update Terkini Pasien Positif COVID-19 Indonesia, Jawa Timur Catat Kasus Tertinggi
Peningkatan naik sebesar 1,7 persen dari bulan sebelumnya dimana pengangguran berada di usia 20 hingga 24 tahun yang sebagian besar adalah lulusan baru.
Para analis bahkan memperkirakan angka pengangguran nyata bisa jauh lebih tinggi karena dari 290 juta pekerja migran dikecualikan dalam data NBS.***
