“Masih dibawah kendali militer dalam banyak aspek yang membuat kudeta ini semakin sulit dipahami, terutama kaitannya dengan tuduhan terhadap kecurangan pemilu oleh mereka yang mayoritas penguasa negara,” ujar Guterres.
Baca Juga: Santer Kasus Internal APRIL, SBS Gantikan Peran Lee Na-eun di Serial Taxi Driver Kepada Pyo Ye-jin
Amerika juga turut terlibat dalam menekan aksi militer Myanmar. Hal ini dapat diketahui dari aksi Departemen Keuangan AS memberikan hukuman terhadap dua anak pemimpin militer Min Aung Hlaing sekaligus, enam perusahaan yang dikendalikannya.
Aksi kekerasan tersebut masih berlangsung dengan pasukan menembakkan gas air mata dan peluru karet. Hal ini membuat pengunjuk rasa anti junta terjebak di dua distrik Yangoon pada Rabu 10 Maret 2021.
Sudah banyak berjatuhan korban meninggal sejak pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dikudeta awal Februari 2021. Sekitar lebih dari 60 orang tewas dan 2.000 orang ditahan pasukan keamanan.***