Network
MEDIA BLITAR - Simak fakta menarik Melki Sedek Huang mantan Ketua BEM UI 2023 viral di TikTok. Publik dihebohkan dengan dugaan strategi melemahkan gerakan mahasiswa.
Khususnya di Universitas Indonesia, melalui isu pelecehan seksual yang dialamatkan kepada Melki Sedek Huang, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI).
Akademisi terkemuka, Rocky Gerung, mencurigai bahwa isu tersebut dapat menjadi alat untuk merusak reputasi dan memperlemah semangat pergerakan mahasiswa.
Melki Sedek Huang Dicopot dari Jabatan Ketua BEM UI
Melki Sedek Huang, sosok yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua BEM UI 2023, mendapati dirinya dicopot dari jabatannya akibat tuduhan pelecehan seksual.
Dalam konteks ini, upaya perlindungan terhadap perempuan menjadi prioritas, dan Melki memilih untuk mengundurkan diri atau diberhentikan.
Meski demikian, dia menegaskan akan menghadapi proses hukum untuk membuktikan ketidakbersalahan dalam pengadilan.
Apresiasi dan Dugaan Keterlibatan Pihak Ketiga
Rocky Gerung memberikan apresiasi terhadap sikap Melki Sedek Huang yang mengutamakan etika dan perlindungan perempuan.
Namun, di balik isu pelecehan seksual, Rocky mencurigai adanya keterlibatan pihak ketiga yang mencoba mengintai tokoh-tokoh gerakan mahasiswa, termasuk Ketua BEM.
Ia menyoroti keberadaan orang-orang yang sengaja ditempatkan di sekitar mahasiswa untuk melakukan pengawasan.
Strategi Mengintai dan Pengamat di Gerakan Mahasiswa
Menurut Rocky, ada strategi mengintai tokoh-tokoh gerakan mahasiswa, terutama Ketua BEM.
Hal ini terlihat dari upaya mengganti baliho Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai alumnus paling memalukan dengan baliho yang menyebut Jokowi sebagai alumnus paling membanggakan.
Tindakan tersebut menciptakan suasana yang dapat merusak semangat dan kekompakan mahasiswa.
Nonaktifnya Melki Sedek Huang dari Jabatannya
Melki Sedek Huang secara resmi dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Ketua BEM UI. Surat penonaktifan yang diterimanya pada 18 Desember 2023 tidak mencantumkan durasi penonaktifan.
Kontroversi ini menciptakan kekhawatiran terkait keberlanjutan dan konsistensi pergerakan mahasiswa di tengah isu-isu sensitif yang dapat memecah belah semangat perjuangan.
Kontroversi seputar tuduhan pelecehan seksual yang menimpa Melki Sedek Huang membuka dugaan adanya strategi yang lebih besar untuk melemahkan gerakan mahasiswa.
Dalam upaya untuk melindungi hak-hak perempuan, isu ini berpotensi dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencapai tujuan yang mungkin tidak sejalan dengan semangat pergerakan mahasiswa.***
