Mereka berdiskusi mengenai apa rencana mereka setelah lulus kuliah.
Kukuh menceritakan bahwa teman-temannya banyak yang ingin pulang kampung setelah lulus kuliah dan membayangkan membayangkan bisa berumah tangga, hidup damai memakai sarung, dengan istri yang memakai daster.
Sebelum akhirnya menciptakan Mendung Tanpo Udan , Kukuh seringkali melamun di dekat jemuran, dan sering dimintai tolong angkat jemuran ketika mendung, namun ternyata yang terjadi hujan tidak jadi turun.
Berbekal cerita jaman kuliah hingga kebiasaan melamun di dekat jemuran, maka teciptalah Mendung Tanpo Udan.
Lagu ini juga tercipta sebagai apresiasi Kukuh yang juga merasakan dampak dari pandemi di Indonesia.
Setelah selama tujuh bulan bertahan di Jakarta, saat pandemi dengan hanya berbekal 3 juta, dan tiap hari makan dengan lauk tempe.
Semangat Mas Kukuh, semoga sukses tanpo udan.***