“Wah, kamu tak bisa ikut kawan-kawanmu ke negeri tropis, ya. Pergilah ke rumah di sudut jalan itu. Ada wanita tua yang bersedia menampung burung-burung yang tak bisa mencari makan,” kata si burung nuri, “termasuk burung yang bodoh seperti kamu.”
Dela tersinggung.
“Aku tidak bodoh,” katanya ketus. “Aku kena musibah. Gara-gara kapal terbang celaka itu, aku bertabrakan dengan burung lain dan sayapku sakit.”
“Kalau tidak bodoh, kamu tidak akan tabrakan. Lagipula kamu bingung kan sekarang?” sahut Burung Nuri. “Kalau tak mau dengar nasihatku, terserah.”
Baca Juga: INFO COVID-19 RABU 10 FEBRUARI 2021 KAB. BLITAR: Ditemukan 23 Kasus Positif, 38 Sembuh, 5 Meninggal
“Aku tak bisa ke sana. Sayapku sakit,” kata Dela.
“Harus bisa tahan. Di sana kamu akan dirawat dan diberi makan. Kalau mau menyerah kalah dan menyesali nasib boleh juga. Paling-paling kamu mati di sini,” kata Burung Nuri.
Walaupun kata-katanya keras, apa yang dikatakan burung nuri itu benar juga. Maka Dela pun berangkat dengan menahan sakit. Si Burung Nuri yang ketus cukup berbaik hati mengantarnya.
Di rumah wanita tua itu ada seekor burung kakaktua. Tampaknya ia sudah kenal dengan si Burung Nuri. Keduanya berceloteh.
Waita tua pemilik rumah kemudian datang memeriksa Deia. Dua minggu iagi engkau akan sembuh.